Terapkan Kiat Ini agar Lolos Beasiswa LPDP Kementrian Keuangan dengan Nilai Triliunan Rabu, 01 Februari 2017 | 13:10
JAKARTA, situsriau.com-Sejak 2012, pemerintah, melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola langsung oleh Kementerian Keuangan telah menyediakan beasiswa untuk sekitar 16 ribu pelajar. Kini anggaran untuk LPDP mencapai Rp 22,5 triliun. Dana abadi ini berasal dari pengumpulan pajak yang diinvestasikan khusus untuk pendidikan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan program ini bentuk keseriusan pemerintah untuk menjaring anak-anak Indonesia yang memiliki kepintaran tapi tak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sri menyebut para penerima beasiswa LPDP adalah orang-orang terpilih.
"Jadi awardee, you are different class netizen. Anda penerima beasiswa dari hasil pajak Indonesia," kata Bu Ani saat pembukaan LPDP Edufair di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Selasa (31/1/17).
LPDP menyediakan beasiswa untuk universitas di dalam negeri berakreditasi A, dan ratusan kampus di luar negeri. "Negara tak meminta apa-apa. Anda sekolah saja yang terbaik, dan untuk meningkatkan personal career maka negara memberi kepada Anda," kata dia.
Setiap tahun, LPDP membuka empat kali pendaftaran beasiswa. Direktur LPDP Eko Prasetyo memberikan jurus kunci agar para pelamar lolos dalam seleksi.
Sebab menurutnya, pintar dalam akademis tak menjamin pelamar langsung dapat mengantongi tiket ini. Anda juga tak perlu khawatir apabila belum mengantongi surat kelulusan (letter of acceptance) dari kampus yang Anda inginkan. "Tapi emang kalo punya LoA kan punya posisi tawar lebih tinggi."
Berikut tip penting untuk Anda:
1. Gigih. Menurut Eko, pelamar harus gigih mencari informasi, mengikuti prosedur pendaftaran, dan tahap seleksi yang berlaku.
2. Jadilah diri sendiri. Kepercayaan diri yang kuat untuk menunjukkan integritas dan bakat adalah kunci utama. "Jadilah diri sendiri, tak perlu memakai joki atau apa," kata Eko.
3. Kuasai Bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar sebagian besar kampus di luar negeri. Kendati demikian, beberapa negara mensyaratkan mahasiswa untuk menguasai bahasa setempat.
4. Adaptif dengan lingkungan.
Banyak awardee gugur karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Cara belajar, kurikulum, gaya hidup, dan budaya di luar negeri sangat berbeda dengan di Indonesia. "Makanya cross culture penting dipahami," ucap Eko.
Jadi, sudah siapkah untuk meraih cita-cita itu? Sufi Jalaludin Rumi mengatakan pencarian adalah dasar dari keberuntungan. Dan setiap keberhasilan tergantung pada fokus hati kita. (sr5, in)