Kolaborasi Satgas Karhutla dan BBTMC-BPPT; 800 Kg Garam Disemai di Langit Dumai Kamis, 12 Maret 2020 | 17:37
PEKANBARU, situsriau.com - Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla) yang berkolaborasi dengan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) menyemai 800 kilogram garam di langit Kota Dumai, Provinsi Riau. Penyemaian garam ini dilakukan untuk menghasilkan hujan buatan menghadapi musim kering serta mengatasi Karhutla.
"Hari ini (kemarin) potensi awan berada di timur laut Kota Dumai. Kita siapkan penerbangan ke sana," kata Koordinator Lapangan TMC Satgas Karhutla Riau, Dwipa Wirawan di Pekanbaru, Rabu (11/3/20).
Ia mengatakan, satu pesawat Cassa milik TNI Angkatan Udara yang mampu membawa 800 Kg garam halus untuk menghasilkan hujan buatan diterbangkan ke arah pesisir Riau tersebut. Penerbangan ini, menurutnya, merupakan yang perdana dilakukan pada 2020 ini setelah resmi diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Lebih jauh, Dwipa mengatakan sepanjang Maret 2020 diperkirakan potensi awan untuk menghasilkan hujan dengan cara penyemaian garam masih berada di pesisir Riau. Hal itu dikarenakan arah angin cenderung bergerak dari barat laut menuju utara.
"Arahan dari Lanud kita fokus pada potensi awan di Riau dan mempertimbangkan arah angin menjelang musim kemarau," ujarnya seperti dilansir Antara.
Sekretaris Utama BNPB, Harmensyah mengatakan, BPPT berkolaborasi dengan TNI AU, BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemerintah Provinsi Riau pada Rabu kemarin resmi memulai program TMC di Bumi Lancang Kuning ini. Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, menjadi posko penyelenggaraan TMC di Riau.
Satu unit pesawat Cassa A-2108 dari Skadron Udara 4 Pangkalan TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur digunakan untuk membantu penyebaran garam di langit Riau. Pesawat itu mampu mengangkut 800 Kg garam dalam sekali penerbangan.
BBTMC-BPPT menyatakan telah menyiapkan 20 ton garam untuk disebar di langit Riau guna menghasilkan hujan buatan. "Sekarang ini 20 ton. Nanti akan terus dikirim kalau sudah mulai berkurang," kata Harmensyah.
Ia menjelaskan, program TMC selama ini dinilai cukup efektif untuk membantu Riau mengatasi bencana Karhutla selama periode siaga darurat. "BPPT melakukan TMC bukan hanya tebar-tebar garam begitu. Namun dengan perhitungan yang cermat, mulai dari arah angin, awan potensial, pendataan cuaca dan lainnya," ujarnya.
Untuk itu, Program TMC yang terus digelar di Riau sejak beberapa tahun terakhir akan kembali menjadi salah satu andalan Satgas Karhutla dalam mewujudkan prestasi Riau bebas asap. "Perintah dari Bapak Presiden agar Riau bebas asap seperti yang berhasil kita wujudkan tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala BBTMC-BPPT, Tri Handoko Seto mengatakan, operasional TMC di Riau bertujuan tidak hanya untuk mematikan titik api Karhutla sebagai sumber bencana kabut asap, tetapi juga untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering.
Faktor kelembaban tanah gambut menjadi hal yang penting untuk terus dipantau secara kontinyu guna mengetahui tingkat kekeringan yang dapat menjadi sinyal kerawanan bencana Karhutla di suatu wilayah.
Strategi pelaksanaan TMC dapat lebih difokuskan untuk membasahi atau re-wetting area gambut yang dinilai mempunyai tingkat kekeringan yang perlu diwaspadai. Dengan tetap terjaganya kelembaban tanah pada area lahan gambut, maka potensi terjadinya kebakaran di area lahan gambut akan semakin berkurang.
Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC, Budi Harsoyo mengatakan, untuk membangun sistem monitoring di area lahan gambut, BBTMC telah mengembangkan Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut untuk Early Warning System Karhutla (SMOKIES) dengan menempatkan sejumlah instrumen ukur parameter cuaca dan hidrologi berupa Automatic Weather Station (AWS) dan Sensor Ultrasonik untuk pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.
"Kedua instrumen ini berfungsi untuk mengukur parameter cuaca dan TMA lahan gambut hingga kedalaman 1.5 meter dan datanya secara real time ditransmisikan ke server di BPPT setiap satu jam. Penempatan instrumen SMOKIES ini perlu diperbanyak lokasi pengukurannya agar memberikan gambaran monitoring tinggi muka air lahan gambut yang representative di beberapa provinsi rawan Karhutla," katanya. (sr5, in)